Minggu, 16 Desember 2012

DAERAH TUMBUH


LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

PRCOBAAN I
DAERAH TUMBUH

NAMA                               : ERVIANI LESTARI
NIM                                    : H41109271
KELOMPOK                    : IV (EMPAT)
ASISTEN                           : ANDI DARMAWANSYAH











LABORATORIUM BOTANI JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang   
            Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan volume secara irreversible karena banyak organ tanaman yang telah dewasa mengalami perubahan volume sepanjang siang dan malam karena perubahan sementara kandungan air turgitasnya. Pengukuran pertumbuhan juga berdasarkan panjang, lebar/luas, berat kering tanaman. Kebanyakan pertumbuhan terjadi pada fase pendewasaan sel hanya sedikit kenaikan volumenya (Latunra, 2011).
            Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah meristem apikal dari tunas dan akar. Pada beberapa jenis tumbuhan, daerah pertumbuhannya terletak pada bagian atas setiap buku-buku. Pertumbuhan juga terjadi dibagian lainnya seperti didalam daun dimana sel-sel membesar sampai pada tingkat tertentu. Pertumbuhan secara lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium (Latunra, 2011).
            Untuk mengetahui daerah tumbuh dari suatu tumbuhan maka dilakukan percobaan ini.
I.2. Tujuan
            Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengamati daerah tumbuh pada akar dan batang dari kecambah kacang merah Phaseolus vulgaris.
I.3 Waktu dan Tempat
            Percobaan ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal  23 April 2011, pada pukul 08.00-11.00 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan selama 5 hari di Laboratorium Botani.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

                Pertumbuhan adalah suatu pertambahan dalam ukuran pertambahan dalam ukuran yang bersifat irreversible. Karena bersifat multi sel maka pertumbuhan bukan saja dalm voume tetapi juga pertambahan dalam hal bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tinggkat kerumitan. Proses pertumbuhan sebagian besar terjadi dalam fase pembelahan dan pendewasaan sel. Umumya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah mesitem apikal dari tunas akar. Pada rerumputan dan monokotil lainnya daerah pertumbuhan terletak di bagian atas tiap-tiap buku atau nodus. Pertumbuhan juga terjadi pada bagian-bagian lainnya misalnya pada daun sel-sel akan membesar pada batas tertentu. Pertumbuhan lateral terjadi dengan membesarnya sel-sel yang terletak pada sisi-sisi jaringan kambium. Pertumbuhan bagian pucuk dan akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik (embrionik) pada titk tumbuh diikuti dengan pertumbuhan dan differensiasi sel-selnya, bila mana tumbuhan mencapai ukuran dewasa maka terbentuk bunga (Fahn, 1992 ).
            Pertumbuhan dapat berarti pertambahan volume ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tetapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyak protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Teorinya, semua ciri pertumbuhan yang disebutkan tidai bisa diukur, tetapi ada dua macam pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Pertambahan volume sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran kesatu atau dua arah, seperti panjang (misalnya tinggi batang), atau luas (misalnya luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur berulang-ulang pada waktu yang berbeda. Pertambahan massa sering ditentukan dengan cara memanen seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan, dan menimbangnya cepat-cepat sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut (Salisbury dan Ross, 1995).
            Peristiwa penting dalam diferensiasi embrio selama perkecambahan adalah dimulainya perkembangan sel pengangkut dalam prokambium. Waktu perkembangan jaringan pembuluh berkaitan dengan berbagai peristiwa fisiologis. Dalam keping biji, metabolisme diaktifkan dan dikendalikan oleh rangsangan dari sumbu embrio. Gerakan rangsangan itu nampaknya jauh bersamaan dengan terjadinya hubungan vaskular antara sumbu dengan keping biji.
Baik pada monokotil maupun dikotil, perkecambahan dapat berjenis hipogeal, dengan keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal, keping biji terangkat keatas permukaan tanah oleh sumbu embrio yang memanjang (Hidayat, 1995).
            Pada embrio telah dimulai organisasi tumbuhan dan susunan jaringannya, yakni protoderm, prokambium, dan moristem dasar. Embrio adalah struktur bersumbu dengan kutub akar dan kutub batang. Polaritas ini, yang telah terlihat dalam susunan sitologis sel telur, tetap menjadi faktor morfogenetik yang dominan dalam diferensiasi kecambah. Efek polaritas terungkap dengan jelas pada perubahan struktur dan aktivitas fisiologis dari ujung sumbu yang satu keujung sumbu yang lain. Pada kecambah dikotil yang tidak memiliki floem internal, jaringan pembuluh hipokotil disebelah atas terbagi menjadi beberapa berkas yang dapat diikuti hingga keping biji. Diantara pucuk dan akar terdapat hubungan antara sistem berkas pembuluh yang silindris pada akar dan sistem berkas pembuluh di hipokotil sebelah atas (Hidayat, 1995).
            Pembelahan mitotik pada zigot dan nukleus endosperma menghasilkan biji yang terdiri atas (Kimball, 1992) :
1.   Plumula terdiri atas dua daun embrionik, yang akan menjadi daun-daun sejati yang pertama tumbuhan bibit, dan tunas terminal (apikal). Tunas ini adalah moristem dan disanalah akan terjadi pertumbuhan batang yang selanjutnya.
2.   Hipokotil dan radikula, yang masing-masing akan tumbuh menjadi batang dan akar primer.
3.   Satu atau dua kotiledon, yang menyimpan makanan untuk digunakan biji yang berkecambah. Angiospermae yang membentuk biji dengan dua kotiledon disebut dikotil. Kacang merupakan contoh umum. Yang hanya membentuk satu kotiledon disebut monokotil. Jagung dan rumput-rumputan adalah termasuk monokotil.
            Makanan dalam kotiledon berasal dari endosperma yang pada gilirannya memperolehnya dari sporofit tetuanya. Pada banyak angiospermae, endosperma habis dimakan dan simpanan makanannya dipindahakan ke kotiledon pada saat perkembangan biji itu telah selesai. Pada yang lain-lain endosperma itu tetap didalam biji yang matang. Hal ini kita dapati pada beberapa dikotil dan semua monokotil. Sel-sel endosperma biasanya triploid (3n) berlawanan dengan endosperma yang haploid (n) pada konifer dan gymnospermae lainnya (Kimball, 1992).
            Dalam arti yang luas, zat warna mencakup bahan organik maupun anorganik, yang mengadakam ikatan dengan tisu tampak lebih jelas untuk diamati. Ditinjau dari berbagai segi, maka zat warna dapat dibedakan atau dikelompokkan pada kategori-kategori tertentu. Pewarnaan itu sendiri bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen tissue, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop (Gunarso, 1989).
            Salah satu teknik pewarnaan yang digunakan adalah metode pewarnaan dengan safranin-fast green. Kombinasi dari pewarna ini lebih banyak digunakan bagi jaringan tumbuhan daripada jaringan hewan. Sebelum digunakan fast green, semula digunakan light green SF yang berwarna kekuningan karena warna tersebut mudah sekali menjadi pias (Gunarso, 1989).
            Kacang merah Phaseolus vulgaris, memilki kulit luar biji yang merupakan bekas pelekatan dengan tali pusar, biasanya kelihatan kasar dan mempunyai warna yang berlainan dengan bagian lain kulit biji. Pusar biji jelas kelihatan. Perkecambahannya terjadi di atas tanah (epigeal), yaitu jika pada perkecambahan, karena pembentangan ruas batang dibawah daun lembaga, daun lembaganya lalu terangkat keatas, muncul diatas tanah, daun lembaga kemudian berubah warna menjadi hijau, dapat digunakan untuk asimilasi, tetapi umurnya tidak panjang. Daun lembaga itu kemudian gugur, dan sementara itu pada kecambah telah terbentuk daun-daun normal yang dapat melakukan tugas asimilasi. Bakal buahnya beruang satu, bakal biji yang beruang satu dapat tersusun atas satu daun buah saja, putik tunggal, yaitu jika putik hanya tersusun atas sehelai daun buah saja (Tjitrosoepomo, 1989).
            Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan secara luas dapat di kategorikan sebagai faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (genetik) dikelompokkan sebagai berikut (Anonim, 2011):
Faktor Eksternal :
1. Iklim: Cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan gas.
2. Edafatik (tanah) : tekstur, struktur, bahan organik, dan kapasitas pertukaran      kation.
3. Biologis: Gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, nematode, macam-macam tipe herbivore, dan mikro organisme tanah.
Faktor internal:
1. Ketahanan terhadap tekanan iklim,tanah dan biologis.
2. Laju fotosintesis dan respirasi.
3. Pengaruh langsung gen ( Heterosis,epistasi ).
4. Klorofil,karotein, dan kandungan pigmen lainnya.
5. Pembagian hasil asimilasi N.
6. Tipe dan letak merisitem.
7. Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan.
8. Aktivitas enzim.

BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
            Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah toples plastik, lempeng kaca ukuran 20 x 9 cm, dan penggaris
III.2 Bahan
            Bahan yang digunakan dalam prcobaan ini adalah kecambah kacang mearah Phaseolus vulgaris, air, tisu, karet gelang dan tinta pulpen.
III.3 Cara Kerja
            Adapun cara karja dari percobaan ini adalah:
1.      Mengambil enam buah kecambah kacang merah yang telah dikecambahkan  selama enam hari dengan hati-hati agar memperoleh kecambah yang memiliki akar yang lurus dan panjangnya lebih dari 2 cm.
2.      Mengambil 2 buah kecambah dan memberi tanda pada ujung akar kecambah dengan tinta pulpen sebanyak 10 garis dengan interval 2 mm.
3.      Mengambil satu buah kecambah dan memberikan tanda pada ujung akar dengan menggunakan tinta pulpen sebanyak 1 garis dengan interval 2 cm sebagai kontrol.
4.      Meletakkan ketiga kecambah tadi dengan kedudukan tegak pada lempeng kaca yang telah dibalut dengan tisu menggunakan karet gelang.
5.      Memasukkan lempeng kaca yang telah ditempeli kecambah ke dalam toples yang berisi sedikit air, kemudian menempatkan toples tersebut pada tempat gelap.
6.      Mengambil tiga buah kecambah yang lainnya dan memberikan tanda pada ujung batang dengan tinta pulpen sebanyak 10 garis dengan interval 2 mm untuk 2 buah kecambah dan 1 kecambah dengan satu garis dan interval 2 cm sebagai kontrol.
7.       Meletakkan ketiga kecambah tadi dengaan kedudukan tegak pada lempeng kaca yang telah dibalut dengan tisu menggunakan karet gelang.
8.      Memasukkan lempeng kaca yang telah ditempeli kecambah ke dalam toples yang berisi sedikit air, kemudian menempatkan toples tersebut pada tempat gelap.
9.      Mengukur jarak masing-masing interval pada setiap kecambah yang bertindak sebagai perlakuan selama 24 jam dan membandingkannya dengan jarak interval pada kecambah yang bertindak sebagai kontrol.
10.  Mencatat perubahan yang diamati setiap hari selama 5 hari dan memasukkannya ke dalam tabel pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Fahn, A., 1992, Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3, UGM university, Yogyakarta.
Gunarso, W., 1989, Mikroteknik, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hidayat, E.B., 1995, Anatomi Tumbuhan Berbiji, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Kimball, J.W., 1992, Biologi Jilid 2, Erlangga, Jakarta.

Latunra, A.I.,2011, Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan II, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.

Tjitrosoepomo, G., 1989, Morfologi Tumbuhan, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar